Alhamdulillaahi Robbil 'aalamiin... tidak terasa aku udah memulai kuliah di semester 3 Biologi. Sungguh ini menjadi suatu kesyukuran yang sangat besar. Aku mulai mencanangkan beberapa target yang harus aku capai saat ini. Terutama dalam bidang keagamaan dan akademik. Semakin aku dewasa semakin aku berpikir mengenai apa yang akan aku hadapi hari esok. Aku tidak mau mengecewakan kedua orangtuaku dan keluarga. Tidak seharusnya aku kembali menyalahkan pilihanku saat ini untuk kuliah. Yang seharusnya dilakukan adalah menjalankan
Senin, 03 September 2012
Minggu, 17 Juni 2012
Surat Kecil untukmu
video: Surat untuk Calon Suamiku
Menikah bukan hanya suatu kegiatan
spiritual untuk menyatukan dua kepala, dua hati, dan dua pemikiran.
Lebih dari
itu, segala hal yang mungkin tidak kita ketahui selama menjalin hubungan akan
terungkap dalam suatu biduk yang bernama pernikahan.
Kelebihan dan kekurangan,
berbagi tawa maupun tangisan, bahkan segala emosi yang tidak pernah
tampak pada saat sebelum menikah bisa saja muncul setelah pernikahan.
Menikah
bukan hanya mencari teman selama hidup di dunia, namun juga teman di akhirat.
Disinilah mulai ada pembagian antara hak dan kewajiban seorang suami dan
istri.
Suami berusaha dalam memberi nafkah lahir dan batin untuk keluarganya
dan seorang istri berperan sebagai sumber kebahagiaan bagi suaminya.
Allah SWT berfirman :
“Dan diantara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia
menciptakan untukmu istri-istri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan
merasa tentram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang.
Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum
yang berpikir.” (QS. Ar-Ruum : 21)
Implementasi Isra’ Mi’raj dalam Lingkup Akademisi
Bismillaahirrohmaanirrohiim, Assalaamu’alaikum warohmatullaah
wabarokaatuh.
Panjatkanku syukur atas segala
nikmat-Mu Ilahi Robbi, hingga saat ini ku nikmati semua yang Kau beri. Nikmat
sehat rohani dan jasmani, nikmat Iman dan islam, Ibu dan ayah yang mencintai,
saudara yang mengasihi, keluarga yang menyayangi, teman-teman yang memotivasi,
dan masih banyak lagi hal lainnya dari semua itu. Sungguh, nikmat-Mu tak dapat
terhitung "Min Haitsu Laa Yahtasib".
Teringat dulu
sewaktu saya masih sekolah di Madrasah Diniyah Awwaliyah (MDA), kepala sekolah
meminta saya untuk berpidato menyampaikan point-point penting mengenai Isra’
Mi’raj. Tentunya pada waktu itu saya masih sangat polos dan agak pemberani
menyampaikan pidato dengan modal hapalan teks 2 lembar folio.
Saya menyampaikan apa yang saya ingat pada teks tersebut. Karena memang dulu didikan guru MDA saya seperti itu, setiap tahun kami diberikan teks pidato mengenai ajaran Islam dari mulai rukun Sholat, rukun Iman, dan sebagainya.
Pidato disampaikan ketika acara kenaikan kelas dari mulai nol kecil sampai kelas VIB, ya sekitar 8 tahunan yang sifatya wajib. Dengan tradisi seperti ini kami menjadi lebih berani dalam berbicara di depan teman-teman, kakak kelas, guru, orangtua murid, dan para penonton lainnya sampai para penjual makanan di pinggir jalan.
Karena memang acara dilaksanakan di tempat terbuka dengan panggung yang lumayan bagus dalam waktu 7 hari atau seminggu pada setiap malam. Dan setiap kali acara kenaikan kelas selalu ada penilaian dari dewan juri, dan Alhamdulillah saya selalu menang juara 1, 2, atau 3.
Saya menyampaikan apa yang saya ingat pada teks tersebut. Karena memang dulu didikan guru MDA saya seperti itu, setiap tahun kami diberikan teks pidato mengenai ajaran Islam dari mulai rukun Sholat, rukun Iman, dan sebagainya.
Pidato disampaikan ketika acara kenaikan kelas dari mulai nol kecil sampai kelas VIB, ya sekitar 8 tahunan yang sifatya wajib. Dengan tradisi seperti ini kami menjadi lebih berani dalam berbicara di depan teman-teman, kakak kelas, guru, orangtua murid, dan para penonton lainnya sampai para penjual makanan di pinggir jalan.
Karena memang acara dilaksanakan di tempat terbuka dengan panggung yang lumayan bagus dalam waktu 7 hari atau seminggu pada setiap malam. Dan setiap kali acara kenaikan kelas selalu ada penilaian dari dewan juri, dan Alhamdulillah saya selalu menang juara 1, 2, atau 3.
Alhamdulillah dengan hidayah dan
maghfiroh Allah SWT saya terlahir dari keluarga yang cukup mengenal agama Islam
dengan baik dan didikan yang baik pula. Sehingga saya mampu sedikitnya memaknai
dan memahami ajaran Islam yang dibawa dan diajarkan oleh orangtua.
Di dalam kondisi
dan keadaan jaman seperti ini kita memang banyak perubahan yang cukup jauh dari
kebiasaan-kebiasaan di jaman sebelumnya. Disadari ataupun tanpa disadari banyak
tradisi baik yang seharusnya dipertahankan dan dilakukan improvisasi kini
menyusut bahkan hilang sama sekali.
Hal ini disebabkan banyak factor internal maupun eksternal yang memicu. Guru saya di Pondok sering berkata bahwasanya kita sudah mulai hidup di jaman jahiliyah kembali. Beliau berkata seperti itu sebagai bentuk peringatan bahwasanya kita jangan gegabah dengan jaman yang sedang dilalui.
Hal ini disebabkan banyak factor internal maupun eksternal yang memicu. Guru saya di Pondok sering berkata bahwasanya kita sudah mulai hidup di jaman jahiliyah kembali. Beliau berkata seperti itu sebagai bentuk peringatan bahwasanya kita jangan gegabah dengan jaman yang sedang dilalui.
Banyak sekali tanda-tanda
yang begitu terlihat saat ini sehingga kita menyimpulkan seperti itu.
Diantaranya, kita selaku umat muslim merasa bahwa dosa yang sering dilakukan
atau sering terlihat menghukuminya sebagai hal yang ’wajar’ karena merasa hal
itu sudah menjadi trend. Padahal sebenarnya kita tahu bahwa Al-Qur’an dan
haditslah yang menjadi pedoman dan pegangan hidup. Namun seringkali kita lupa
atau pura-pura lupa mungkin dengan petunjuk yang sudah sejak dulu Allah
berikan. Dan masih banyak lagi hal lain yang perlu kita renungi bersama.
Isra’ Mi’raj merupakan
hadiah yang Allah berikan kepada Nabi Muhammad SAW. Isra Mi’raj terjadi pada tahun pertama
sebelum hijrah, yaitu antara tahun 620-621 M. Menurut al-Allamah
al-Manshurfuri, Isra Mi’raj terjadi pada malam 27 Rajab tahun ke-10 kenabian.
Kedua kata inilah memiliki arti yang berbeda namun saling berkesinambungan.
Dalam Isra, Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallam
“diberangkatkan” oleh Allah SWT dari Masjidil Haram hingga Masjidil Aqsa. Lalu
dalam Mi’raj Nabi Muhammad SAW dinaikkan
ke langit sampai ke Sidratul Muntaha yang merupakan tempat tertinggi. Di sini
Beliau mendapat perintah langsung dari Allah SWT untuk menunaikan salat lima
waktu.
Bagi umat Islam, peristiwa tersebut merupakan peristiwa yang
berharga, karena ketika inilah salat lima waktu diwajibkan, dan tidak ada Nabi
lain yang mendapat perjalanan sampai ke Sidratul Muntaha seperti ini. Walaupun
begitu, peristiwa ini juga dikatakan memuat berbagai macam hal yang membuat
Rasullullah SAW sedih. Karena pada saat itu Allah menunjukkan kekuasaan-Nya
dengan memperlihatkan sisi Syurga dan Neraka berikut ciptaan-Nya yang sedang
merasakan kenikmatan syurga dan siksaan neraka.
Ada beberapa point
penting yang harus kita petik dari kejadian dan mukjijat ini:
1. Tauhid
Hanya Allah SWT lah yang mampu memberjalankan Rasul-Nya
hingga ke Sidratul Muntaha, Dia berkuasa atas apa yang dikehendaki, segala
petunjuk dia perlihatkan dengan jelas dan tidak ada keraguan. Allah mampu
menciptakan Surga dengan keindahannya dan Neraka dengan siksaannya. Allah
menjanjikan tempat persinggahan terakhir
yang pasti akan dialami dan terjadi pada siapa saja makhluk-Nya yang
beriman dan tidak. Sungguh luar biasa, tiada yang mampu menciptakan ini semua
kecuali Allah Yang Maha Esa. Sebenarnya dengan kejadian inilah kita wajib
mengimani tiada keraguan bahwasanya Allah telah memperlihatkan petunjuk sebagai
peringatan kepada kita selaku ciptaan-Nya.
2. Ma’rifat
Masih berkaitan dengan point pertama, setelah kita
mengetahui dan meyakini seharusnya kita juga mengenal Allah SWT lebih jauh
lagi. Dengan mendekatkan diri kepada Allah, mengikuti ajaran-Nya, menjauhi
segala larangan-Nya dan mengerjakan apa yang diperintahkan. Lalu, bagaimanakah
jalan kita agar senantiasa mengenal Allah? Yaitu dengan membaca Al-Qur’an serta
hadits dan memahaminya. Karena dengan begitu kita tidak hanya disebut sebagai
orang yang ‘Taqlid’. Karena kita masih bisa mengupayakan untuk mencari dan terus
mencari serta menggali ilmu agama yang menjadi jembatan untuk mengenal Allah.
3. Fiqih
Telah kita ketahui bersama bahwasanya Allah SWT menggangkat
Rasul ke Sidratul Muntahaa, Allah juga memberikan wahyu yaitu perintah Shalat 5
waktu. Dengan begitu wahyu telah sampailah kepada kita dan wajib kita
laksanakan. Dengan kewajiban Shalat inilah Allah juga memberikan aturan berupa
syarat dan rukun Shalat. Dengan syarat dan rukun yang terpenuhi, maka sahlah
shalatnya. Dan ketika ada sebagian syarat dan rukun yang tertinggal maka bisa
saja shalatnya tidak sah. Dengan demikian, kita punya cara bagaimana
mengabdikan diri kepada Allah, agar pengabdian kita diterima secara
keseluruhan.
4.Tasawuf
Seperti pada penggalan
ayat Al-Qur’an: “Innashshalaata tanhaa ‘anil fahsyaai wal munkar”. Sesungguhnya
Shalat akan mencegah diri kita untuk berbuat keji dan kemungkaran. Lalu shalat
yang bagaimana? “Alladziina hum fii Shalaatihim Khoosyi’uun” Yaitu orang-orang
yang khusyuk dalam shalatnya.
Shalat yang khusyuk memang terasa sulit bagi kita yang masih awam dan banyak melakukan kemaksiatan. Tapi sebenarnya belajar dan melatih kekhusyukan bisa dilakukan ketika kita shalat dari waktu ke waktu. Sering bermuhasabah diri dan menyesal atas segala apa yang kita perbuat.
Karena seringkali hati yang kotor tidak mendatangkan kekhusyukan dalam shalat. Kebanyakan orang shalat hanya sebatas menunaikan kewajiban saja, tanpa menghayati dan menikmati apa yng dikerjakan dan dilafadzkan pada waktu shalat.
Yang teringat hanya bayang-bayang duniawi yang terus mengisi pikiran, urusan ukhrowi seringkali kita melupakan. Jadi dapat disimpulkan bahwa komponen shalat tidak hanya sebatas syarat dan rukun, tetapi juga rasa menghadirkan Allah dihadapan kita. Sehingga tumbuh perasaan takut kepada-Nya.
Shalat yang khusyuk memang terasa sulit bagi kita yang masih awam dan banyak melakukan kemaksiatan. Tapi sebenarnya belajar dan melatih kekhusyukan bisa dilakukan ketika kita shalat dari waktu ke waktu. Sering bermuhasabah diri dan menyesal atas segala apa yang kita perbuat.
Karena seringkali hati yang kotor tidak mendatangkan kekhusyukan dalam shalat. Kebanyakan orang shalat hanya sebatas menunaikan kewajiban saja, tanpa menghayati dan menikmati apa yng dikerjakan dan dilafadzkan pada waktu shalat.
Yang teringat hanya bayang-bayang duniawi yang terus mengisi pikiran, urusan ukhrowi seringkali kita melupakan. Jadi dapat disimpulkan bahwa komponen shalat tidak hanya sebatas syarat dan rukun, tetapi juga rasa menghadirkan Allah dihadapan kita. Sehingga tumbuh perasaan takut kepada-Nya.
Arti tasawuf itu sendiri
adalah membersihkan hati dan anggota-anggota lahir daripada dosa-dosa,
kesalahan dan kekhilafan.
- Bersih di dalam:
Maksudnya membersihkan hati daripada riyak, ujub, pendendam dan lain-lain
mazmumah, lebih-lebih lagi daripada syirik.
- Bersih di luar:
Maksudnya bersih daripada membuat yang haram, berpakaian yang haram,
bercakap yang haram, menjaga mata, telinga daripada melihat dan mendengar
yang haram serta lain-lain.
Dengan keempat point tersebut saya kira
cukup mewakili kandungan dan arti dari Mukjijat yang diberikan kepada Nabi
Muhammad SAW pada Isra’ Mi’raj yang dilaluinya. Selebihnya saya mohon maaf atas
kekurangan dan kesalahannya.
Kemudian selanjutnya saya mulai
berbicara mengenai ‘Implementasi Isra’ Mi’raj dalam Lingkup Akademisi’. Cukup
membuat saya sulit juga untuk berpikir kesana, namun saya mencoba untuk
mengungkapkan dan mengutarakan apa yang ada di benak saya ini.
Implementasi merupakan penerapan,
pelaksanaan, atau mungkin lebih ke aplikasi dari Isra’ mi’raj itu sendiri.
Setelah tadi saya merumuskan keempat point dari kandungan yang tersirat dari Isra’ Mi’raj, saya kira keempat point tersebut harus masuk dan mencakup ke dalam bahasan ini. Kalau dalam lingkup akademisi sendiri mungkin lebih mengacu pada tatanan, kebiasaan, dan hal-hal yang terkait dengan bidang akademik dan lebih cenderung kepada para mahasiswa sebagai subjeknya.
Setelah tadi saya merumuskan keempat point dari kandungan yang tersirat dari Isra’ Mi’raj, saya kira keempat point tersebut harus masuk dan mencakup ke dalam bahasan ini. Kalau dalam lingkup akademisi sendiri mungkin lebih mengacu pada tatanan, kebiasaan, dan hal-hal yang terkait dengan bidang akademik dan lebih cenderung kepada para mahasiswa sebagai subjeknya.
Dari kata mahasiswa itu sendiri
tentunya kita mengetahui bahwa sebenarnya kita dianggap sebagai orang yang maha
tahu, maha bisa, maha cerdas, dan lain sebagainya.
Dengan pemikiran dan jalan yang dilalui oleh segenap mahasiswa mampu mewujudkan jembatan sekaligus penyokong berdirinya bangsa, agama, dan negara.
Disini kita tidak memisahkan antara peran pentingnya agama dan ilmu pengetahuan yang dimiliki oleh mahasiswa. Keduanya saling berkesinambungan dan tidak dapat dipisahkan.
Patutnya kita mempunyai visi: “Membangun insan paripurna yang berakhlak mahmudah dan berwawasan ilmiah serta memiliki daya saing dalam menghadapi era globalisasi, dengan ilmu amaliyah dan amal ilmiah”.
Dengan pemikiran dan jalan yang dilalui oleh segenap mahasiswa mampu mewujudkan jembatan sekaligus penyokong berdirinya bangsa, agama, dan negara.
Disini kita tidak memisahkan antara peran pentingnya agama dan ilmu pengetahuan yang dimiliki oleh mahasiswa. Keduanya saling berkesinambungan dan tidak dapat dipisahkan.
Patutnya kita mempunyai visi: “Membangun insan paripurna yang berakhlak mahmudah dan berwawasan ilmiah serta memiliki daya saing dalam menghadapi era globalisasi, dengan ilmu amaliyah dan amal ilmiah”.
Dengan
begitu kita mempunyai rancangan dan penjabaran untuk mengimplementasikannya.
Pertama, kita dituntut untuk memiliki akhlak yang mahmudah. Seperti dalam
haditsnya Rasul dikatakan: “Innamaa bu’itstu liutammima makaarimal akhlaaq”.
Mahasiswa tidak sebatas maha tahu dan maha cerdas, tetapi juga berikut maha memiliki akhlaq yang baik. Dengan akhlaq yang baik maka dengan mudahnya kita mendapatkan kepercayaan untuk ikut bergelut di era globalisasi ini.
Terkadang masyarakat tidak percaya dengan apa yang mereka lihat selintas dari luar yang menceminkan akhlak seseorang. Meskipun kemampuan dan kecerdasan yang dimiliki lebih bisa meyakini, tetapi pandangan masyarakat akan berbeda sesuai dengan sudut pandang mereka.
Apalagi di jaman yang serba hati-hati dan waspada ini, banyak para pemuda-pemudi yang memperlihatkan kebobrokan moralnya. Masyarakat tentu sangat meragukan kemampuannya sebagai generasi penerus bangsa yang dapat menyokong negara. Agar tidak berkelanjutannya kebiasaan buruk dikalangan pemuda, maka dari itu diperlukan adanya penanggulangan yang bertahap. Dimulai dari hal terkecil, diri sendiri dan sekarang.
Mahasiswa tidak sebatas maha tahu dan maha cerdas, tetapi juga berikut maha memiliki akhlaq yang baik. Dengan akhlaq yang baik maka dengan mudahnya kita mendapatkan kepercayaan untuk ikut bergelut di era globalisasi ini.
Terkadang masyarakat tidak percaya dengan apa yang mereka lihat selintas dari luar yang menceminkan akhlak seseorang. Meskipun kemampuan dan kecerdasan yang dimiliki lebih bisa meyakini, tetapi pandangan masyarakat akan berbeda sesuai dengan sudut pandang mereka.
Apalagi di jaman yang serba hati-hati dan waspada ini, banyak para pemuda-pemudi yang memperlihatkan kebobrokan moralnya. Masyarakat tentu sangat meragukan kemampuannya sebagai generasi penerus bangsa yang dapat menyokong negara. Agar tidak berkelanjutannya kebiasaan buruk dikalangan pemuda, maka dari itu diperlukan adanya penanggulangan yang bertahap. Dimulai dari hal terkecil, diri sendiri dan sekarang.
Walau
sebenarnya kita tidak berada pada Negara Islam yang memiliki hukum Islam, namun
apa salahnya kita membatasi diri untuk tetap berada pada koridor agama.
Seringkali kita menyalahkan pemerintah dan mengkritisi mereka dengan kasar tanpa mengetahui sebab yang jelas. Memang, pemerintahlah yang memimpin Negara dan bertanggung jawab sepenuhnya terhadap segala sesuatu yang terjadi.
Pemerintah bukan tidak tahu keadaan masyarakat saat ini seperti apa dan bagaimana. Tapi entahlah mungkin karena kesibukan, kemalasan, ketidak pedulian, atau tidak merasa bertanggung jawab sehingga Negara menjadi terbengkalai seperti ini. Kita juga tidak mengetahui seberapa besar upaya yang dilakukan pemerintah. Meskipun kita tahu kesejahteraan masyarakat ada di tangan pemimpin.
Seringkali kita menyalahkan pemerintah dan mengkritisi mereka dengan kasar tanpa mengetahui sebab yang jelas. Memang, pemerintahlah yang memimpin Negara dan bertanggung jawab sepenuhnya terhadap segala sesuatu yang terjadi.
Pemerintah bukan tidak tahu keadaan masyarakat saat ini seperti apa dan bagaimana. Tapi entahlah mungkin karena kesibukan, kemalasan, ketidak pedulian, atau tidak merasa bertanggung jawab sehingga Negara menjadi terbengkalai seperti ini. Kita juga tidak mengetahui seberapa besar upaya yang dilakukan pemerintah. Meskipun kita tahu kesejahteraan masyarakat ada di tangan pemimpin.
Tapi
pada kenyataannya kita tidak bisa hanya mengandalkan pemerintah saja, sudah
waktunya tanggung jawab datang kepada kita sebagai generasi penerus bangsa.
Bagaimana caranya membangun Negara yang ideal, aman, sentosa, dan sejahtera.
Dengan mengikuti organisasi di kampus misalnya atau di lembaga lainnya kita bisa lebih punya tenaga dan dengan mudah menyampaikan aspirasi atas nama mahasiswa.
Dengan organisasi bukan berarti kewajiban utama hilang sebagai pelajar, tetap yang harus diutamakan adalah akademik dan organisasi adalah tempat menyalurkan kemampuan utuk berkontribusi nyata. Apa yang telah didapatkan di bangku perkuliahan, baiknya kita mengajak teman-teman dari berbagai disiplin ilmu untuk berdiskusi dan memberikan pandangan terhadap isu apa yang tengah diperbincangkan lalu mencari solusi bersama.
Dengan mengikuti organisasi di kampus misalnya atau di lembaga lainnya kita bisa lebih punya tenaga dan dengan mudah menyampaikan aspirasi atas nama mahasiswa.
Dengan organisasi bukan berarti kewajiban utama hilang sebagai pelajar, tetap yang harus diutamakan adalah akademik dan organisasi adalah tempat menyalurkan kemampuan utuk berkontribusi nyata. Apa yang telah didapatkan di bangku perkuliahan, baiknya kita mengajak teman-teman dari berbagai disiplin ilmu untuk berdiskusi dan memberikan pandangan terhadap isu apa yang tengah diperbincangkan lalu mencari solusi bersama.
Setelah
itu kita mengimprovisasi hal layak yang telah disetujui dan mengangkatnya ke
forum. Namun, sepertinya yang saya utarakan masih terlalu umum dan ngambang.
Ringkasnya begini, kita membentuk sebuah kelompok studi dari berbagai disiplin ilmu. Tapi, disarankan tidak banyak anggota dalam 1 kelompok. Karena hal itu akan membuat tidak efisien dan hanya beberapa orang saja yang aktif, justru dengan banyak kelompok kita akan semakin banyak suara dan hasil yang didapatkan.
Tentunya harus ada yang memimpin diskusi dan sebelumnya ada pembekalan yang diberikan oleh orang akademisi yang handal serta berkepribadian islami. Forum ini bentuknya islami dan ilmiah, sehingga bisa secara bersamaan kita mendapatkan keduanya.
Religious berarti kita punya batasan yang mengacu pada aturan agama, misalnya dalam penelitian A kita tidak boleh menggunakan bahan formalin yang dapat mengakibatkan kerugian, dan lain sebagainya.
Ringkasnya begini, kita membentuk sebuah kelompok studi dari berbagai disiplin ilmu. Tapi, disarankan tidak banyak anggota dalam 1 kelompok. Karena hal itu akan membuat tidak efisien dan hanya beberapa orang saja yang aktif, justru dengan banyak kelompok kita akan semakin banyak suara dan hasil yang didapatkan.
Tentunya harus ada yang memimpin diskusi dan sebelumnya ada pembekalan yang diberikan oleh orang akademisi yang handal serta berkepribadian islami. Forum ini bentuknya islami dan ilmiah, sehingga bisa secara bersamaan kita mendapatkan keduanya.
Religious berarti kita punya batasan yang mengacu pada aturan agama, misalnya dalam penelitian A kita tidak boleh menggunakan bahan formalin yang dapat mengakibatkan kerugian, dan lain sebagainya.
Kembali
pada visi kita tadi di atas, “…berwawasan ilmiah serta memiliki daya saing
dalam menghadapi era globalisasi”. Penjabarannya, kita dituntut untuk lebih
bisa update mengenali ilmu yang sedang berkembang saat ini. Mau itu di bidang
politik, sains, dan sebagainya. Karena tadi, mahasiswa itu dianggap maha tahu.
Masyarakat tidak akan melihat dari jurusan apa kita lulus, tapi umumnya mereka menilai sejauh mana kita paham dan ingin berkontribusi. Masih pada kelompok studi tadi, sebagai umat muslim patutnya mengetahui keaadaan anak muda saat ini.
Di kota-kota besar khususnya sudah terlihat jarang sekali diadakan pengajian untuk semua kalangan, mau itu anak-anak, pemuda-pemudi, ibu-ibu ataupun bapak-bapak. Tradisi ini mulai menyusut dan bahkan di kampung-kampung kecil pun sudah makin jarang.
Mengapa ini bisa terjadi? Saya kira banyak pemicu yang menyebabkan kendornya budaya mengaji. Bisa saja karena makin berkurangnya para tokoh masyarakat artinya SDM yang kurang baik, mungkin saja semua orang lebih memilih menjadi professor ketimbang menjadi guru ngaji yang gajinya cap ”hatur nuwun”, mungkin juga guru ngaji banyak tapi yang mau mengaji lebih memilih untuk jalan-jalan dan menghabiskan waktu di mall ketimbang mengaji, dan mungkin banyak kemungkinan lainnya yang bisa terjadi.
Dengan keadaan seperti ini, kita mempunyai celah untuk masuk dan berperan sebagai pengajar, minimal mengajarkan anak-anak kecil shalat dan membaca Al-Qur’an. Bisa di TPA, MDA, atau lembaga lainnya sekitar kampus dengan persetujuan pengurus lembaga. Namun tidak setiap pekan kita terus yang mengajar, tapi kita coba membagi jadwal pengajar dengan teman kelompok secara random.
Masyarakat tidak akan melihat dari jurusan apa kita lulus, tapi umumnya mereka menilai sejauh mana kita paham dan ingin berkontribusi. Masih pada kelompok studi tadi, sebagai umat muslim patutnya mengetahui keaadaan anak muda saat ini.
Di kota-kota besar khususnya sudah terlihat jarang sekali diadakan pengajian untuk semua kalangan, mau itu anak-anak, pemuda-pemudi, ibu-ibu ataupun bapak-bapak. Tradisi ini mulai menyusut dan bahkan di kampung-kampung kecil pun sudah makin jarang.
Mengapa ini bisa terjadi? Saya kira banyak pemicu yang menyebabkan kendornya budaya mengaji. Bisa saja karena makin berkurangnya para tokoh masyarakat artinya SDM yang kurang baik, mungkin saja semua orang lebih memilih menjadi professor ketimbang menjadi guru ngaji yang gajinya cap ”hatur nuwun”, mungkin juga guru ngaji banyak tapi yang mau mengaji lebih memilih untuk jalan-jalan dan menghabiskan waktu di mall ketimbang mengaji, dan mungkin banyak kemungkinan lainnya yang bisa terjadi.
Dengan keadaan seperti ini, kita mempunyai celah untuk masuk dan berperan sebagai pengajar, minimal mengajarkan anak-anak kecil shalat dan membaca Al-Qur’an. Bisa di TPA, MDA, atau lembaga lainnya sekitar kampus dengan persetujuan pengurus lembaga. Namun tidak setiap pekan kita terus yang mengajar, tapi kita coba membagi jadwal pengajar dengan teman kelompok secara random.
Yang
sering saya dengar di isu masyarakat setempat, jika semua orang lebih memilih
untuk kuliah dan menyibukkan diri di tempat kerjanya, lalu siapa yang akan
menjadi penerus para Kyai?.
Tapi kalimat tersebut seakan memisahkan hak dan kewajiban antara orang yang lebih memilih kuliah dan mengaji. Sepertinya tidak fair jika kita mengartikannya seperti itu.
Meskipun kita mahasiswa dan akan lulus mendapatkan gelar sarjana, tapi bukan berarti telah gugur kewajiban kita sebagai pengajar agama. Justru dengan gelar sarjana itulah yang nanti akan menjadi perhatian keluarga dan masyarakat, mereka menunggu apa sih yang akan kita berikan.
Apalagi di era globalisasi ini, persaingan semakin ketat, orang-orang berebut mendapatkan kursi PNS, perawat, dokter, dan sebagainya. Lalu, yang akan memperebutkan kursi guru siapa? Mengapa kita tidak berusaha untuk berpikir inovatif dan kreatif saja, boleh saja orang lain memperebutkan itu semua. Lah kita? Harusnya berbeda dong, kita bangun lembaga pendidikan karakter untuk anak-anak kecil secara bertahap, terapkan dan kembangkan ilmu yang telah kita dapatkan di dunia perkuliahan, manfaatkan semaksimal mungkin.
Tidak usah muluk-muluk, pertama kita ajarkan mengaji kepada angota keluarga, ajarkan mereka shalat. Ketika oranglain tahu bahwa kita mempunyai kemampuan seperti itu, kepercayaan masyarakat akan semakin tumbuh, pintu rejeki akan terbuka lebar. Insya allah…
Tapi kalimat tersebut seakan memisahkan hak dan kewajiban antara orang yang lebih memilih kuliah dan mengaji. Sepertinya tidak fair jika kita mengartikannya seperti itu.
Meskipun kita mahasiswa dan akan lulus mendapatkan gelar sarjana, tapi bukan berarti telah gugur kewajiban kita sebagai pengajar agama. Justru dengan gelar sarjana itulah yang nanti akan menjadi perhatian keluarga dan masyarakat, mereka menunggu apa sih yang akan kita berikan.
Apalagi di era globalisasi ini, persaingan semakin ketat, orang-orang berebut mendapatkan kursi PNS, perawat, dokter, dan sebagainya. Lalu, yang akan memperebutkan kursi guru siapa? Mengapa kita tidak berusaha untuk berpikir inovatif dan kreatif saja, boleh saja orang lain memperebutkan itu semua. Lah kita? Harusnya berbeda dong, kita bangun lembaga pendidikan karakter untuk anak-anak kecil secara bertahap, terapkan dan kembangkan ilmu yang telah kita dapatkan di dunia perkuliahan, manfaatkan semaksimal mungkin.
Tidak usah muluk-muluk, pertama kita ajarkan mengaji kepada angota keluarga, ajarkan mereka shalat. Ketika oranglain tahu bahwa kita mempunyai kemampuan seperti itu, kepercayaan masyarakat akan semakin tumbuh, pintu rejeki akan terbuka lebar. Insya allah…
Lalu,
peran kita sebagai akademisi mana? “….dengan ilmu amaliyah dan amal ilmiah”.
Ilmu, pengetahuan, dan wawasan yang kita dapatkan di dunia kuliah menjadi modal
kita dalam bidang apapun, pengusaha, pendidik, pengajar, peneliti, dan
sebagainya.
Semuanya bisa berkolaborasi menjadi satu dengan banyak unsur. Ilmu yang didapatkan diamalkan sekemampuan kita, dan amal yang kita lakukan patutnya sesuai dengan batasan agama yang menjadi pedoman kita.
“Jangan pernah merasa rugi dengan kebaikan yang kita berikan untuk oranglain, justru dengan banyak menolong akan banyak pertolongan yang datang”.
Alhamdulillaahirobbil ‘Aalamiin…
Semuanya bisa berkolaborasi menjadi satu dengan banyak unsur. Ilmu yang didapatkan diamalkan sekemampuan kita, dan amal yang kita lakukan patutnya sesuai dengan batasan agama yang menjadi pedoman kita.
“Jangan pernah merasa rugi dengan kebaikan yang kita berikan untuk oranglain, justru dengan banyak menolong akan banyak pertolongan yang datang”.
Alhamdulillaahirobbil ‘Aalamiin…
Kamis, 14 Juni 2012
Bawalah Pergi Cintaku by Afghan
<p>Sumpah tak ada lagi<br />
Kesempatan untuk ku<br />
Bisa <a title="bersamamu" href="http://lirikbaru.com/lirik-lagu-vierra-bersamamu.htm">bersamamu</a><br />
Kini ku tau<br />
Bagaimana cara ku<br />
Untuk dapat trus denganmu</p>
<p>Reff:<br />
Bawalah pergi cintaku<br />
Pada ke mana pun kau mau<br />
Jadikan temanmu<br />
Temanmu paling kau <a title="cinta" href="http://lirikbaru.com/lirik-lagu-bram-makna-cinta.htm">cinta</a><br />
Di sini ku pun begitu<br />
Trus cintaimu di hidupku<br />
Di dalam hatiku<br />
Sampai waktu yang pertemukan<br />
Kita nanti</p>
<p>Back to *, Reff</p>
<p>Back to Reff</p>
<br/>
<a href="http://lirikbaru.com/lirik-lagu-afgan-syah-reza-bawalah-cintaku.htm">Lirik Lagu Afgan Syah Reza – Bawalah Cintaku</a> dipersembahkan oleh <a href="http://lirikbaru.com">Lirik Lagu Indonesia Terbaru</a>
Rabu, 30 Mei 2012
You Are not alone
Setiap masalah yang kita hadapi sebenarnya hanyalah sebuah
petunjuk yang sangat berharga, bahwa ada sesuatu yang salah dengan diri kita,
bahwa kita tidak berada pada orbit atau jalur yang sebenarnya.
Masalah sebenarnya adalah sebuah bentuk kasih sayang Allah, sebuah cara Allah menyadarkan kita untuk berubah, sebuah cara Allah untuk berbisik dan berkomunikasi pada kita.
Sebuah bencana bukanlah karena Allah sedang marah, tetapi karena kasih sayang-Nya yang tak terhingga.
Oleh karena itu, marilah kita berdoa:
"Ya Allah, berikan kami kemampuan untuk membaca tanda-tanda yang Engkau berikan."
Allah Selalu Memberi Tanda dalam "You Are Not Alone"
Masalah sebenarnya adalah sebuah bentuk kasih sayang Allah, sebuah cara Allah menyadarkan kita untuk berubah, sebuah cara Allah untuk berbisik dan berkomunikasi pada kita.
Sebuah bencana bukanlah karena Allah sedang marah, tetapi karena kasih sayang-Nya yang tak terhingga.
Oleh karena itu, marilah kita berdoa:
"Ya Allah, berikan kami kemampuan untuk membaca tanda-tanda yang Engkau berikan."
Allah Selalu Memberi Tanda dalam "You Are Not Alone"
Arvan Pradiansyah, 2010
Selasa, 29 Mei 2012
Mendidik adalah Amanah
Seberapa seringkah kita mengingat
Allah? Kapankah terakhir kita mengingat bahwa harta adalah titipan-Nya?
Ingatlah,
semua yang kita genggam saat ini adalah milik-Nya. Keluarga, suami, istri,
anak-anak, teman, harta, jiwa dan raga semuanya hanyalah titipan semata.
Terkadang dan bahkan seringkali kita melupakan bahwasanya Allah memberikan
semua itu sebagai bentuk amanah.
Amanah itu titipan yang seharusnya kita jaga
dengan baik. Artinya, kita diberikan amanah karena kita dianggap mampu dan
mendapatkan kepercayaan untuk menjaga.
Kita dianugerahi keturunan, berarti
diamanahkan untuk menjaga dan mendidik mereka. Allah menitipkannya kepada orang
yang dianggap mampu mengasuh dan mendidik. Sekuat tenaga orangtua harus 'berusaha'
mengantarkan anak-anaknya menjadi anak-anak yang sholih/sholihah.
Maka
disinilah tanggungjawab seorang ayah dan ibu dalam menjalankan amanah yang
Allah berikan.
The First Teacher is Mother
Jadilah guru terbaik untuk anak-anak.
Seorang guru awal penentu keberhasilan sang anak adalah dimana sosok ibu mampu
memberikan pendidikan yang maksimal di rumahnya. Bukan guru di sekolah, tapi
kita selaku ibu yang harus super ekstra memperhatikan pendidikan untuk buah
hati terutama pendidikan moral.
"Al-Ummu
madrosatul uulaa" Ibu adalah pendidik pertama yang akan menuntun dan
mengarahkan kemanakah anak-anaknya akan dibawa.
Didikan dari seorang ibulah
yang akan sangat melekat pada diri buah hatinya. Ibu dengan kasih sayang yang
sangat besar terhadap sang buah hati akan senantiasa terus mengajarkan untuk
meraba kehidupan dari mulai lahir. Didikan seorang ibu yang baik akan
menghasilkan cetakan generasi yang unggul. Karena dengan sentuhan cinta dan sayangnyalah
menjadikan buah hati merasakan kehangatan.
Ali bin Abi Thalib menegaskan, didiklah anakmu melebihi
pendidikan yang pernah engkau lalui, kerana mereka akan hidup pada zaman yang
tidak sama dengan zamanmu.
Rasulullah SAW bersabda yang bermaksud: “Didiklah anak kamu atas tiga sifat
yaitu: cintakan Nabi mereka, cintakan keluarga Nabi dan membaca
Al-Quran.”
Lalu
bagaimana caranya menjadi ibu yang tepat untuk sang buah hati, perlu yang
namanya kerja keras, semangat dan juga kesabaran yang ekstra melelahkan, namun
juga memberikan banyak kebahagian yang kita rasakan tanpa kita sadari. Inilah
sosok ibu idaman:
Penyayang
Karakter jiwa wanita ialah memiliki
perasaan lembut dan penyayang, itu sebabnya mengapa ibu begitu berarti dan melekat
dihati sang buah hatinya. Menjadi seorang ibu yang penyayang memang tidaklah
mudah, perlu latihan kesabaran disetiap harinya. Apalgi jika ibu dihadapkan
dengan kenakalan-kenakalan anak yag berbeda-beda. Penyayang bukan berarti harus
memanjakan sang anak, tapi penyayang adalah sikap yang tegas tehadap anak
apabila berbuat kesalahan.
Tulus
Seorang ibu menurut saya pasti
memiliki jiwa yang tulus, kalau tidak mana mungkin ia mampu melahirkan dan
membesarkan buah hatinya. Ketulusan itu adalah bentuk sekaligus
modal awal yang harus dimiliki sang ibu. Dengan ketulusan kita juga bisa
mendapatkan banyak manfaat yakni feed back ketulusan juga dari orang
disekelililng kita.
Selalu Bercermin
Bercermin disini bukan “ ngaca fisik”
tapi kita berkaca pada diri sendiri baik lahir dan juga batin. Berkaca diri
sama halnya juga dengan introspeksi diri, apa kekurangan kita, hal apa yang
belum kita capai untuk memberikan yang terbaik bagi keluarga dan anak-anak
kita. Karena menurut saya ibu adalah cerminan dari apa yang dipantulkan.
Siap Kapanpun
Anak membutuhkan perhatian seorang
ibu, dijaman serba dinamis seperti ini kita sangat sulit menemukan sosok ibu
yang benar-benar 100% memperhatikan perkembangan anak karena kesibukannya
menjadi wanita karier. Inilah pengorbanan sebagai seorang ibu yang bekerja
diluar harus setidaknya memperhatikan tumbuh kembang sang anak dan
juga keluarga jika ingin dikatakan seorang ibu yang berhasil. Meskipun saya
yakin hal ini amat melelahkan , tapi semua itu pasti memberikan kebanggaan tersendiri.
Sekiranya orangtua
tidak mampu mendidiknya di rumah, maka mintalah guru yang mengajarkan dan
mendidiknya. Mintalah guru ngaji untuk mengajarkannya membaca Al-Qur'an dan
mengenal Allah.
Dengan meyekolahkan anak di suatu lembaga maka berkuranglah sedikit
beban yang mereka pikul. Dan berpindahlah sebagian tanggung jawab kepada pihak
lembaga sekolah dan guru.
Lalu, guru itu apa
sih? Guru adalah orang yang bisa mendidik dan mengajarkan anak didiknya dengan
baik dan benar. Ia adalah tauladan yang memberikan contoh baik dalam segala
sikap, cara berbicara, dan watak.
Mengapa guru harus memberikan contoh yang
baik? Karena guru lah yang menjadi acuan para anak didik, merekalah yang
pertama kali akan mencontoh dan mengikuti apa yang dilakukan oleh guru, mereka
akan menganggap bahwa segala apa yang dilakukannya adalah benar dan patut
dicontoh.
Bagaimana tidak?
Karena Guru itulah yang mengajarkan segala sesuatu, mereka yang memberi
pemahaman mengenai banyak hal kepada anak didiknya.
Sementara itu anak didik
akan selalu siap menerima apa yang dikatakan oleh guru, sehingga akan diterima
dan disimpan oleh otak dalam bentuk folder yang dalam keadaan apapun akan
diingat kemudian dilakukan.
Begitu juga dengan sikap atau perilaku, anak didik
akan melihat bagaimana seorang guru melakukan sesuatu dengan caranya. Secara
otomatis pula mereka akan menangkap dan menyimpulkan bahwasanya apa yang
dikerjakan dan dilakukan oleh guru itu baik.
Dengan begitu mereka akan
melakukan hal yang sama sesuai dengan apa yang pernah mereka lihat.
Kesimpulannya, apa yang dilihat dan didengar akan mereka ingat lalu
mengaplikasikannya.
"Menjadi
seorang Pendidik adalah 'salahsatu' bentuk Amanah"
Mari kita sama-sama belajar memiliki jiwa pendidik wahai Para
calon Pendidik bangsa.... d^*_*^b
Minggu, 27 Mei 2012
Pembekalan Pra 'Amaliyah tadris
Bapak KH. Ma'mun (Pimpinan Ponpes Condong)
"Undzur Maa Qooluu!"
Ust. Budi Syihabudin
- Manusia yang tidak memiliki cita-cita, maka ia sama dengan bangkai hidup.
- "Tarjunnajaata wa lam tasluk masaalikahaa, innassafiinata laa tajrii 'alal yabas"
- Terkadang manusia terjebak dengan 'masaalik'(jalan kehidupan) yang bersifat duniawi
- Dua hal agar mendapatkan ilmu yang bermanfaat: ridho Orangtua dan ridho guru
- "Wa kun waatsiqon billaahi min kulli haaditsin"
- Pendidikan itu lebih penting daripada pengajaran
- Cara mengajar lebih diprioritaskan daripada materi yang akan diajarkan
- Ruuhul mudarris: ikhlas, kebeningan hati
- "Ruuhul mudarris ahammu min kulli syaiin"
- "khoirutta'allum atta'liim"
- "annaasu min khoufidzdzdulli fidzdzdulli wannaasu min khoufil khothoi fil khothoi"
- Tebarkanlah kebaikan dimanapun kamu berada
- Contoh guru yang salah: di kelas buka laptop malah internetan
- 'ilmul haal seharusnya lebih dikuasai
- Seminar Pendidikan karakter sangat dibutuhkan di Indonesia
- Hidup adalah ujian "Liyabluwakum ayyukum ahsanu 'amalan"
- Ujian bukan hanya ujian otak, tapi juga disertai macam-macam ujian lainnya. Ujian kesabaran, istiqomah, kejujuran, musabaroh, muwadldlobah.
- Pendidikan bukan hanya 'aqliyah, tapi juga khuluqiyah, infi'aaliyah, dan ijtimaa'iyyah
- Mulailah segala sesuatu dari diri sendiri, hal terkecil, dan sekarang
- Alumni diharapkan menjadi pendidik dan memiliki jiwa seorang guru
- Guru: digugu dan ditiru. Artinya menjadi tauladan yang baik
- Syi'ar yang tidak harus menjadi pendakwah. Tapi syi'ar yang baik adalah Qudwah hasanah
- Jadilah "The best Example"
- Kriteria penilaian tarbiyah 'amaliyah:
- Performance
- naqduttadriis
- kehadiran
- Hal-hal yang harus diperhatikan sekaligus syarat tarbiyah 'amaliyah:
- Bertanya kepada guru yang bersangkutan, artinya tidak boleh memberikan materi yang telah diajarkan oleh guru haqiq
- Membuat I'dad, koreksi kepada pembimping, tanda tangan, fotokopi.
- I'dad dibuat rangkap 4: 2 musyrif, panitia, simpan sendiri
- Meminta ijin kepada mudarris hishshoh untuk menggantikan jam pelajaran
- Arti mufrodat harus memakai bahasa yang digunakan, bukan bahasa indonesia
- Wasaa-ilul iidhooh yang jelas
- Grammar Translation Methodology, ciri-cirinya akan:
- mengetahui bahasa yang salah
- mengetahui struktur bahasa
- Methodology, approach, strategy
- "Faaqidusysyaii laa yu'thii"
- Guru adalah wasilah
- "al-ummu madrosatun min madaarisil uulaa"
- 'Ilmun yuntafa'u bihi
- Guru adalah jabatan paling mulia
- "Kullu syaiin idzaa katsuro rokhosho illal adabi"
- Profesi: bidang pekerjaan yang dilandasi dengan keahlian
- Kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang guru:
- Pedagogik: teknik menguasai bahan ajar
- sosial
- wirausaha
- profesional
- Bahan naqduttadriis:
- Thoriiqoh (Steps of teaching)
- Maaddah (Teaching material)
- Ahwaal (Teaching attitude)
- Alhaan (Language error/mistakes)
- Istila-istilah yang digunakan dalam tarbiyah 'amaliyah:
- Mudarris
- Thoolib
- Tilmiidz
- Musyrif
- Fungsi naqduttadriis:
- untuk menghakimi berdasarkan dalil yang ada
- bisa mengetahui kelebihan dan kekurangan yang dapat diikuti atau dijauhi
- melatih kejelian
- Pengkritik akan mengetahui guru dari berbagai sisi, mengetahui kepribadian seorang guru
- Bicara yang jelas
- Menghormati oranglain
- Saling bersaing antar teman (Thoolib)
- Syarat-syarat naqd:
- adil, sesuai dengan dalil yang ada
- benar, bukan mengada-ngada
- saling tolong menolong
- bermanfaat
- ikhlas
Langganan:
Postingan (Atom)