Selasa, 29 Mei 2012

Mendidik adalah Amanah



      Seberapa seringkah kita mengingat Allah? Kapankah terakhir kita mengingat bahwa harta adalah titipan-Nya?


      Ingatlah, semua yang kita genggam saat ini adalah milik-Nya. Keluarga, suami, istri, anak-anak, teman, harta, jiwa dan raga semuanya hanyalah titipan semata. Terkadang dan bahkan seringkali kita melupakan bahwasanya Allah memberikan semua itu sebagai bentuk amanah. 

    Amanah itu titipan yang seharusnya kita jaga dengan baik. Artinya, kita diberikan amanah karena kita dianggap mampu dan mendapatkan kepercayaan untuk menjaga. 

  Kita dianugerahi keturunan, berarti diamanahkan untuk menjaga dan mendidik mereka. Allah menitipkannya kepada orang yang dianggap mampu mengasuh dan mendidik. Sekuat tenaga orangtua harus 'berusaha' mengantarkan anak-anaknya menjadi anak-anak yang sholih/sholihah. 

    Maka disinilah tanggungjawab seorang ayah dan ibu dalam menjalankan amanah yang Allah berikan. 



The First Teacher is Mother

   Jadilah guru terbaik untuk anak-anak. Seorang guru awal penentu keberhasilan sang anak adalah dimana sosok ibu mampu memberikan pendidikan yang maksimal di rumahnya. Bukan guru di sekolah, tapi kita selaku ibu yang harus super ekstra memperhatikan pendidikan untuk buah hati terutama pendidikan moral.
     

     "Al-Ummu madrosatul uulaa" Ibu adalah pendidik pertama yang akan menuntun dan mengarahkan kemanakah anak-anaknya akan dibawa. 

      Didikan dari seorang ibulah yang akan sangat melekat pada diri buah hatinya. Ibu dengan kasih sayang yang sangat besar terhadap sang buah hati akan senantiasa terus mengajarkan untuk meraba kehidupan dari mulai lahir. Didikan seorang ibu yang baik akan menghasilkan cetakan generasi yang unggul. Karena dengan sentuhan cinta dan sayangnyalah menjadikan buah hati merasakan kehangatan. 


   Ali bin Abi Thalib menegaskan, didiklah anakmu melebihi pendidikan yang pernah engkau lalui, kerana mereka akan hidup pada zaman yang tidak sama dengan zamanmu. 


      Rasulullah SAW bersabda yang bermaksud: “Didiklah anak kamu atas tiga sifat yaitu: cintakan Nabi mereka, cintakan keluarga Nabi dan membaca Al-Quran.” 

     

        Lalu bagaimana caranya menjadi ibu yang tepat untuk sang buah hati, perlu yang namanya kerja keras, semangat dan juga kesabaran yang ekstra melelahkan, namun juga memberikan banyak kebahagian yang kita rasakan tanpa kita sadari. Inilah sosok ibu idaman:


Penyayang

     Karakter jiwa wanita ialah memiliki perasaan lembut dan penyayang, itu sebabnya mengapa ibu begitu berarti dan melekat dihati sang buah hatinya. Menjadi seorang ibu yang penyayang memang tidaklah mudah, perlu latihan kesabaran disetiap harinya. Apalgi jika ibu dihadapkan dengan kenakalan-kenakalan anak yag berbeda-beda. Penyayang bukan berarti harus memanjakan sang anak, tapi penyayang adalah sikap yang tegas tehadap anak apabila berbuat kesalahan.


Tulus

   Seorang ibu menurut saya pasti memiliki jiwa yang tulus, kalau tidak mana mungkin ia mampu melahirkan dan membesarkan buah hatinya. Ketulusan itu adalah bentuk  sekaligus modal awal yang harus dimiliki sang ibu. Dengan ketulusan kita juga bisa mendapatkan banyak manfaat yakni feed back ketulusan juga dari orang disekelililng kita.


Selalu Bercermin

   Bercermin disini bukan “ ngaca fisik” tapi kita berkaca pada diri sendiri baik lahir dan juga batin. Berkaca diri sama halnya juga dengan introspeksi diri, apa kekurangan kita, hal apa yang belum kita capai untuk memberikan yang terbaik bagi keluarga dan anak-anak kita. Karena menurut saya ibu adalah cerminan dari apa yang dipantulkan. 

Siap Kapanpun

  Anak membutuhkan perhatian seorang ibu, dijaman serba dinamis seperti ini kita sangat sulit menemukan sosok ibu yang benar-benar 100% memperhatikan perkembangan anak karena kesibukannya menjadi wanita karier. Inilah pengorbanan sebagai seorang ibu yang bekerja diluar harus  setidaknya memperhatikan tumbuh kembang sang anak dan juga keluarga jika ingin dikatakan seorang ibu yang berhasil. Meskipun saya yakin hal ini amat melelahkan , tapi semua itu pasti memberikan kebanggaan tersendiri.


    Sekiranya orangtua tidak mampu mendidiknya di rumah, maka mintalah guru yang mengajarkan dan mendidiknya. Mintalah guru ngaji untuk mengajarkannya membaca Al-Qur'an dan mengenal Allah. 

    Dengan meyekolahkan anak di suatu lembaga maka berkuranglah sedikit beban yang mereka pikul. Dan berpindahlah sebagian tanggung jawab kepada pihak lembaga sekolah dan guru. 

    

     Lalu, guru itu apa sih? Guru adalah orang yang bisa mendidik dan mengajarkan anak didiknya dengan baik dan benar. Ia adalah tauladan yang memberikan contoh baik dalam segala sikap, cara berbicara, dan watak. 
  
     Mengapa guru harus memberikan contoh yang baik? Karena guru lah yang menjadi acuan para anak didik, merekalah yang pertama kali akan mencontoh dan mengikuti apa yang dilakukan oleh guru, mereka akan menganggap bahwa segala apa yang dilakukannya adalah benar dan patut dicontoh. 


     Bagaimana tidak? Karena Guru itulah yang mengajarkan segala sesuatu, mereka yang memberi pemahaman mengenai banyak hal kepada anak didiknya. 

     Sementara itu anak didik akan selalu siap menerima apa yang dikatakan oleh guru, sehingga akan diterima dan disimpan oleh otak dalam bentuk folder yang dalam keadaan apapun akan diingat kemudian dilakukan.

      Begitu juga dengan sikap atau perilaku, anak didik akan melihat bagaimana seorang guru melakukan sesuatu dengan caranya. Secara otomatis pula mereka akan menangkap dan menyimpulkan bahwasanya apa yang dikerjakan dan dilakukan oleh guru itu baik. 
   
      Dengan begitu mereka akan melakukan hal yang sama sesuai dengan apa yang pernah mereka lihat. Kesimpulannya, apa yang dilihat dan didengar akan mereka ingat lalu mengaplikasikannya. 

     
    "Menjadi seorang Pendidik adalah 'salahsatu' bentuk Amanah"   
Mari kita sama-sama belajar memiliki jiwa pendidik wahai Para calon Pendidik bangsa.... d^*_*^b

Tidak ada komentar:

Posting Komentar